Nama : Rezza Ramadani
NIM : H1E109009
Matkul : Kimia Lingkungan
1. Konversi satuan dari:
a. ppm
ppm (parts per million atau bagian per sejuta bagian)
1 ppm = mg/L = 1000 μg/L
b. ppb
ppb (parts per billion atau bagian per semilyar bagian)
1 ppb = 1 μg/L = 0,001 mg/L
c. mg/L
jika ada x mg/L berarti terdapat x milligram pada setiap 1 liter bahan.
1 mg/L = 1 ppm = 0,001 ppb
Sumber :
http://belajarkimia.com/definisi-ppm-part-per-million-atau-bagian-per-sejuta-bagian/
Definisi PPM (Part Per Million) atau Bagian per Sejuta Bagian
http://people.biology.ufl.edu/mcmack//eelab2004/Projects/Final%20presentations/conversions.doc
Conversions
2. Apa yang anda ketahui mengenai DDT?
Jawab:
DDT merupakan insektisida organoklorin persisten dan dapat terakumulasi dalam organisme. Karena sifat tersebut, penggunaan senyawa DDT baik untuk pertanian maupun kepentingan kesehatan telah dihentikan. Penelitian ini akan membandingkan kandungan senyawa DDT dalam kerang hijau (Perna viridis L.) yang tertangkap di perairan Pamurbaya dan Pantai Rongkang Kwanyar Madura. Sampel kerang diambil dengan metode handsorting pada bulan Juni 2007 dan diuji biometrik. Pengukuran kandungan DDT menggunakan metode spektrofotometri dengan Spektrofotometer Hitachi seri 216 tipe UVVisible 120. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 kali ulangan. Data dianalisa ANOVA two way untuk melihat hubungan antara ukuran tubuh dan lokasi pengambilan kerang hijau terhadap konsentrasi DDT. Dari penelitian, diketahui semakin besar ukuran tubuh maka semakin tinggi konsentrasi DDT. Konsentrasi DDT pada kerang hijau yang ditangkap di P. Rongkang lebih tinggi daripada Pamurbaya. Konsentrasi DDT pada kerang hijau di Pamurbaya 0.016 (besar) dan 0.012 ppm (kecil) sedangkan di P. Rongkang 0.018 (besar) dan 0.014 ppm (kecil). Nilai intake DDT kerang dari kedua lokasi pengambilan masih di bawah ADI (FAO/WHO, 1986) sehingga layak dikonsumsi.
Sumber :
http://digilib.its.ac.id/detil.php?id=2598
STUDI KANDUNGAN DDT (DICHLORO-DIPHENIL-TRICHLOROETHANE) PADA KERANG HIJAU (PERNA VIRIDIS L.) DI PERAIRAN PANTAI TIMUR
3. Apa penyebab Pemanasan Global selain Efek Rumah Kaca ?
Efek umpan balik
Efek-efek dari agen penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara hingga tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya dapat dibalikkan secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek-efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan radiasi infra merah balik ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersama dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air dibawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.
Sumber :
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080803065937AAEu5lj
Tidak ada komentar:
Posting Komentar